7 research outputs found

    EVALUASI PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA BERDASARKAN PENDEKATAN EKOSISTEM DI KABUPATEN PULAU MOROTAI

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat keberlanjutan setiap domain atau aspek dalam EAFM dan menentukan tingkat keberlanjutan kegiatan perikanan tuna di Kabupaten Pulau Morotai. Metode pengambilan data dilakukan dengan metode survei dengan cara wawancara/kuesioner dan FGD (Focus Group Discussion). Penentuan jumlah sampel menggunakan purposive sampling. Dengan analisis pendekatan EAFM, nilai komposit rata-rata seluruh domain berkisar antara 60-80 yang mencerminkan status dan kinerja sumber daya perikanan tuna yellowfin di Kabupaten Pulau Morotai yang baik dalam tingkat keberlanjutannya dengan menerapkan prinsip-prinsip EAFM. Namun, masih ada sejumlah indikator di setiap domain yang memiliki skor rendah sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan manajemen.EVALUATION OF TUNA FISHERIES MANAGEMENT BASED ON ECOSYSTEM APPROACH IN MOROTAI ISLAND DISTRICTS. This study aims to determine the level of sustainability of each domain or aspect in the EAFM and determine the level of sustainability of tuna fishery activities in the Morotai Island Districts. Methods of data taking was carried out with survey method by means of interview/questionnaires and FGD (Focus Group Discussion). Determination of samples quantity used purposive sampling. By the EAFM approach analysis, the average composite value of the entire domain was range of 60-80 which reflects the status and performance of yellowfin tuna fisheries resources in Morotai Island Districts was good in its level of sustainability by applying EAFM principles. However, there were still a number of indicators in each domain that had a low score so efforts are needed to improve management

    PEMETAAN RISIKO BENCANA TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN WEDA TENGAH, KABUPATEN HALMAHERA TENGAH, MALUKU UTARA

    Get PDF
    Pemetaan risiko tsunami dapat diimplementasikan dengan berbagai cara. Integrasi analisis spasial melalui pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu metode untuk mengembangkan pemetaan genangan dan penilaian risiko tsunami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan wilayah risiko akibat skenario bencana tsunami di wilayah Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengan, Maluku Utara. Metode yang digunakan adalah analisis dari data sekunder yang meliputi analisis, peta topografi, citra satelit, kemiringan lereng dan peta kawasan rawan bencana tsunami. Dalam peta risiko tsunami, zona bahaya tsunami diklasifikasikan sebagai kategori tinggi, sedang dan rendah berdasarkan tingkat penggenangan dalam meter (kontur). Berdasarkan hasil pemetaan terlihat bahwa beberapa desa wilayah studi sangat memiliki tingakat kerentanan yang tinggi dan tingkat kerentanan yang sedang, namun semua desa memiliki tingkat risiko yang tinggi. Hasil studi ini menyediakan peta interaktif untuk mengidentifikasi daerah yang terkena dampak tsunami setelah bencana dan menginformasikan desa yang rentan tsunami sebelum merencanakan perencanaan bencana di masa depan.Kata kunci: Risiko tsunami, GIS, Halmahera Tenga

    KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP DI KOTA TERNATE PADA DIMENSI EKOLOGI

    Get PDF
    The objective of this study is to determine sustainability status of fisheries captures at Ternate city bases on ecology dimension using RAPFISH approach. RAPFISH (Rapid Appraissal for Fisheries) approach, that is a technique ordination multi-discipline and non-parametric that used to evaluate and determine the fisheries status, in the case of sustainability. This research indicates that in general sustainability index fishery captures in Ternate city exists from criterion 51-75 (fair sustainable status). Fishing gear of hand line has index value highest sustainability (72,58%), whereas index lowest sustainability is fishing gear of tuna long line (54,01%). Simulation Result Monte Carlo indicates that spreading of index plots sustainability it is at distance that not far and each other nearest with position of sustainability status ordination until support determination appropriate of sustainability status ordination analyzed. Sensitivity Analysis shows that attribute migratory range, range collapse, and catch pra-matuary are attribute that very high effect on value of sustainability fisheries captures index at ecology dimension in Ternate City

    ANALISIS KERAGAAN PERIKANAN TANGKAP DI KOTA TERNATE

    Get PDF
    This research is aimed to identify the performance of capture fisheries in Ternate city. Performance of these include the development of number of capture fisheries households /RTP, fishing boats, fishing gear, fishing production, post-harvest handling, fishing areas and fishing seasons. The result showed that the average growth of number of capture fisheries households in Ternate city decreased by 2.67%. Fishing boats structure is still dominated by small-scale fisheries (87.85%). An average of amount fishing gears occurred in purse seine (24.55%/year). The development of average annual production of capture fisheries in ten last years increased by 14.61% to the type of fish caught are dominated by skipjack (Katsuwonus Pelamis). Post-harvest handling is fresh consumption (15.854,87 tonnes). Catching fish was conducted in the Maluku Sea (WPP 716) and season arrests were made throughout the year and peak season in January-April and September-October

    Pola Sebaran dan Kelimpahan Hiu Berjalan Halmahera (Hemiscyllium halmahera) di Teluk Weda Maluku Utara, Indonesia

    Get PDF
    The Halmahera walking shark is a nocturnal species that lives at the bottom of waters and is a species endemic to North Maluku. Weda Bay is one of the largest bays on the island of Halmahera and contains marine resources and high diversity. The aims research was analyze the distribution pattern and abundance of Halmahera walking shark at that location. The research was conducted in September - November 2020. The sampling in Weda Bay, is carried out in two methods, (1) catch of nets with a mesh size of 2,5 cm stretched from the mangrove ecosystem, seagrass to coral reefs with a length of ± 50 meters and a height of 1,5 meters, (2) hand sampling equipment namely the sample catch it by hand with transect area (50x50m2) or 0,25 ha using basic diving equipment (snorkeling) to a depth of 3 meters at high tide in the night. Distribution pattern data analysis used Morisita Index and abundance analysis used reef fish abundance equation. Results the research found 28 individuals, namely 17 females and 11 males. There are 2 distribution patterns of the Halmahera epaullette shark, namely Grouping and Random. The clustered distribution pattern is found at stations 1, 2 and 4, while the random distribution pattern is found at station 3. Overall the distribution pattern of the Halmahera walking shark in Weda Bay is grouped. The highest abundance of Halmahera walkingshark was at station 1, namely 17,33 ind/ha and the lowest abundance at stations 3 and 4 was 5,33 ind/ha. The highest abundance is at station 1, this is because the habitat is still very good from the mangrove, seagrass and coral reef ecosystems to find food and the growth of the Halmahera walking shark.Hiu Berjalan Halmahera merupakan spesies nokturnal yang hidup di dasar perairan dan merupakan spesies endemik Maluku Utara. Teluk Weda merupakan salah satu teluk terluas di pulau Halmahera dan menyimpan sumberdaya perairan serta keanekaragaman tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis pola sebaran dan kelimpahan Hiu Berjalan Halmahera, yang dilaksanakan pada September - November 2020. Pengambilan sampel di Teluk Weda, dilakukan dengan dua cara yaitu (1) menggunakan jaring dengan ukuran mata jaring 2,5 cm yang dibentangkan dari ekosistem mangrove, lamun sampai terumbu karang sepanjang ± 50 meter dan tinggi 1,5 meter, dan (2) menggunakan metode hand sampling equipment yaitu sampel ditangkap menggunakan tangan dengan luasan transek jelajah (50x50m2) atau 0,25 ha menggunakan alat selam dasar (snorkeling) sampai kedalaman 3 meter pada saat pasang di waktu malam hari. Analisis data pola sebaran menggunakan Indeks Morisita dan kelimpahan menggunakan persamaan kelimpahan ikan karang. Hasil penelitian dapat ditemukan 28 individu, yaitu 17 individu betina dan 11 individu jantan. Terdapat 2 pola sebaran dari Hiu Berjalan Halmahera, yaitu mengelompok dan acak. Pola sebaran mengelompok ditemukan pada stasiun 1, 2 dan 4, sedangkan pola sebaran acak terdapat pada stasiun 3. Secara keseluruhan pola sebaran Hiu Berjalan Halmahera di Teluk Weda adalah mengelompok. Kelimpahan Hiu Berjalan Halmahera tertinggi berada di stasiun 1 yaitu 17,33 ind/ha dan kelimpahan terendah pada stasiun 3 dan 4 yaitu 5,33 ind/ha. Kelimpahan tertinggi berada pada stasiun 1, hal ini dikarenakan habibat yang masih sangat baik dari ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang untuk mencari makan dan pertumbuhan Hiu Berjalan Halmahera
    corecore